A. Sejarah Subnetting.
Subnetting adalah proses pemecahan
satu kelas IP Address menjadi beberapa subnet dengan jumlah host
yang lebih sedikit, dan menentukan batas network ID dalam suatu subnet yang
digunakan sebagai subnet mask. Selain menggunakan metode classfull untuk
pembagian IP address, metode classless addressing (pengalamatan tanpa klas),
menggunakan notasi penulisan singkat dengan prefix. Metode ini merupakan metode
pengalamatan IPv4 tingkat lanjut, muncul karena ada ke-khawatiran persediaan
IPv4 berkelas tidak akan mencukupi kebutuhan, maka diciptakan metode lain untuk
memperbanyak persediaan IP address. Metode VLSM ataupun CIDR pada prinsipnya
sama yaitu untuk mengatasi kekurangan IP Address dan dilakukannya pemecahan
Network ID guna mengatasi kekerungan IP Address tersebut.
Subnetting adalah sebuah teknik yang
mengizinkan para administrator jaringan untuk memanfaatkan 32 bit IP address
yang tersedia dengan lebih efisien. Teknik subnetting membuat skala jaringan
lebih luas dan tidak dibatas oleh kelas-kelas IP (IP Classes) A, B, dan C yang
sudah diatur. Dengan subnetting, anda bisa membuat network dengan batasan host
yang lebih realistis sesuai kebutuhan.
Subnetting menyediakan cara yang
lebih fleksibel menentukan bagian mana dari sebuah 32 bit IP adddress yang
mewakili netword ID dan bagian mana yang mewakili host ID. Dengan kelas IP
address standar, hanya 3 yang memungkinkan network ID yang tersedia; 8 bit
untuk kelas A, 16 bit untuk kelas B, dan 24 bit untuk kelas C. Subnetting
mengizinkan anda memilih angka bit acak (arbitrary number) untuk digunakan
sebagai network ID.
B. Penghitungan
Subnetting
Semua tentang subnetting akan
berkisar pada pertanyaan antara : Jumlah Subnet, Jumlah Host per
Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast. Penulisan IP address
umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Bisa juga ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa
artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0.
/24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binary
1. Dengan kata lain, subnet masknya adalah :
11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Teori ini disebut dengan
CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun
1992 oleh IEFT.
|
|
Ø SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Contoh subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK
ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti
kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000
(255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti penjelasan diatas bahwa semua pertanyaan tentang subnetting akan
berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat
host dan broadcast yang valid. Maka :
1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x
adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir
untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 =
4 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2,
dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet
terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 - 2 = 62
host
3. Blok Subnet = 256 - 192 (nilai oktet
terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan
128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
Bagaimana dengan alamat host dan
broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host
pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum
subnet berikutnya
Subnet
|
192.168.1.0
|
192.168.1.64
|
192.168.1.128
|
192.168.1.192
|
Host
Pertama
|
192.168.1.1
|
192.168.1.65
|
192.168.1.129
|
192.168.1.193
|
Host
Terakhir
|
192.168.1.62
|
192.168.1.126
|
192.168.1.190
|
192.168.1.254
|
Broadcast
|
192.168.1.63
|
192.168.1.127
|
192.168.1.191
|
192.168.1.255
|
Ø SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya adalah melakukan subnetting
untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk
subnetting class B adalah seperti dibawah. Tabel terpisah menjadi 2 blok, yaitu
sebelah kiri dan kanan. Karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk
oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya
sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan
langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet
keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan”
di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter)
dari 0, 1, 2, 3, dst.
Cobalah untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Mulailah
dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24.
Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x
adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 =
4 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2,
dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet
terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 - 2 = 16.382
host
3. Blok Subnet = 256 -
192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0,
64, 128, 192.
4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.64.0
|
172.16.128.0
|
172.16.192.0
|
Host
Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.64.1
|
172.16.128.1
|
172.16.192.1
|
Host
Terakhir
|
172.16.63.254
|
172.16.127.254
|
172.16.191.254
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.63.255
|
172.16.127.255
|
172.16.191.255
|
172.16..255.255
|
Berikutnya satu lagi untuk Class B
khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network
address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 29 = 512
subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 27 - 2 = 126
host
3. Blok Subnet = 256 - 128 = 128. Jadi
lengkapnya adalah (0, 128)
4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.0.128
|
172.16.1.0
|
172.16.255.128
|
Host
Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.0.129
|
172.16.1.1
|
172.16.255.129
|
Host
Terakhir
|
172.16.0.126
|
172.16.0.254
|
172.16.1.126
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.0.127
|
172.16.0.255
|
172.16.1.127
|
172.16.255.255
|
Ø SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut
ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita
mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3
dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir).
Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua
subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.Kita coba latihan untuk network
address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti
kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000
(255.255.0.0).
Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 28 = 256
subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 216 - 2 =
65534 host
3. Blok Subnet = 256 - 255 = 1. Jadi subnet
lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
10.0.0.0
|
10.1.0.0
|
10.254.0.0
|
10.255.0.0
|
Host
Pertama
|
10.0.0.1
|
10.1.0.1
|
10.254.0.1
|
10.255.0.1
|
Host
Terakhir
|
10.0.255.254
|
10.1.255.254
|
10.254.255.254
|
10.255.255.254
|
Broadcast
|
10.0.255.255
|
10.1.255.255
|
10.254.255.255
|
10.255.255.255
|
Catatan:
Semua penghitungan subnet diatas
berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default.
Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi
masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak
memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya
dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang
CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah
Subnet = 2x – 2
è Menghemat penggunaan IP Public.
è Mengurangi tingkat kongesti
(kemacetan) komunikasi data didalam Jaringan.
è Mengatasi perbedaan hardware dan
media fisik yang digunakan dalam suatu network.
è Memecah Broadcast Domain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar